Puncak 2

“BANGSAT, INI KENAPA BISA GOSONG?” teriak Jilan saat melihat sosis-sosis dan makanan yang sedang di bakar gosong seketika. Ia melihat ke arah Alea, tadi Jilan menyuruh Alea untuk melihat masakkan mereka agar tidak gosong tapi Alea malah pergi dan sibuk berfoto seperti siang tadi.

Tanpa basa-basi Jilan berjalan ke arah Alea, “foto teros, masakan sampe gosong gara gara lo, niat bantu ngga si?” tanya Jilan, yang di tanya hanya bersedekap dada.

“Yang liburan bukan cuman aku atau kamu, yang lain juga liburan, kenapa ga minta tolong mereka aja?” jawab Alea sinis sambil meneruskan acara memotret dirinya.

Jilan memilih menggalah daripada harus berdebat dengan nenek lampir satu ini, berteman dengan nya saja sudah membuat dia sakit kepala setiap hari. Kenapa Kenzo betah dengan sikap Alea?

Hari sudah semakin gelap, acara barbeque mereka sudah selesai, Rehan memilih untuk ke kamar sementara yang lain masih stay di tempat perapian. Alea berinisiatif mengajak Clatra melihat bintang di pinggir sungai yang tak jauh dari villa mereka, tentu nya masih bisa terlihat jelas oleh penghuni villa.

“Bintang nya indah ya.” ucap Alea

Alih-alih menjawab ia melihat ke arah Alea, anak ini tidak berubah ketika sedang senang.

“Iya, indah.” jawab nya singkat

Mendengar itu membuat otak Alea bekerja lebih keras agar rencana yang disusun nya bisa berjalan mulus tanpa hambatan.

Tanpa pikir panjang Alea menjalan kan rencana nya dengan mulus.

“Saking indah nya, mereka sampe malu malu buat muncul dari balik awan.” dirinya maju ke depan Clatra, ia melihat teman teman nya sedang tidak sibuk dengan ponsel mereka masing masing membuat Alea senang, terlebih Kenzo yang sedari tadi melihat kearah mereka.

Alea dengan cepat menaruh tangan Clatra seolah dia mendorong Alea ke sungai itu.

“AAHHH” Alea terjatuh, mendengar teriakkan itu mereka semua yang ada di villa melihat ke arah Alea dan Clatra, Kenzo yang melihat itu berlari kencang ke arah mereka.

“Gak nyangka gue sama lo.” setelah mengatakannya ia menceburkan dirinya ke dalam air.

Clatra hanya meletakkan tangannya di dada, tidak ada raut ke panikkan di wajah nya. Dirinya melihat ke arah kanan tempat kejadian mereka, lalu ia tersenyum.