clamortea

Makanan yang di pesan Garen sudah sampai ke kediaman Keluarga Demori tersebut, tak lupa Neisya mengirimi pesan kepada Garen bahwa cake yang ia pesan tadi sudah sampai dengan selamat.

Dengan penuh semangat, Neisya memwbawa cake itu ke meja makan, membuka bungkus nya dan mencium aroma keju yang kini memenuhi indra penciuman nya.

Neisya mulai memotong bagian dari cake dan menaruh nya di piring, ia mulai mencicipi cake tersebut yang rasanya lumayan enak. Neisya berfikir ini adalah cheese cake murahan yang bisa di beli banyak kalangan, karena rasanya tak begitu enak.

“Ya lumayan lah enak.” ucap nya

Kegiatan makan memakan cake berjalan lancar, namun tiba tiba Neisya memegang perut nya yang sangat sakit. Tanpa berfikir panjang ia mulai menelfon Garen meminta pertolongan.

Namun ia tidak bisa menahan sakit terlalu lama, Neisya mulai mengirim kan pesan kepada unknown dan jawabannya sangat di luar dugaan gadis itu. Perut nya sakit dan sangat sakit, karena tidak bisa menahan sakit akhirnya Neisya kehilangan kesadaran nya.

Catlyn hanya diam di dalam mobil Arvin, ia binggung kenapa kekasih nya itu hanya diam saja. Terhitung sudah 15 menit dia mendiamkan diri nya.

Arvin memberhentikan mobil nya, menghadapkan wajah nya ke samping kiri, “Sayang, kamu kenapa diem aja daritadi? Aku ada salah?”

Catlyn hanya diam memandang keluar kaca mobil, ia masih enggan untuk bicara kepada Arvin setelah tau yang sebenarnya. Arvin yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa menghela nafas, pria itu berfikir kekasih nya mungkin sedang datang bulan, maka dari itu Arvin mampir sebentar di supermarket untuk membelikan apapun yang kekasih nya suka seperti ice cream, coklat dan lain nya. Setelah nya mereka mampir ke apartemen Arvin, membicarakan yang sebenernya terjadi pada Catlyn.

“Aku binggung kamu diemin aku kayak gini terus Lyn, aku harus gimana? Kamu lagi kenapa sih?” ketus Arvin

Catlyn menghadapkan wajah nya pada Arvin, ekspresi nya datar, tidak ada senyum yang menghiasi wajah cantik nya, “Kamu mau tau kenapa aku diemin kamu kayak gini?” tanya Catlyn, Arvin sontak mengangguk.

“Karena kamu selingkuh dari aku, karena kamu ngecewain aku, karena kamu punya anak dari selingkuhan kamu itu, karena kamu aku begini Arvin, KARENA KAMU!”

Dada Catlyn naik turun, menandakan perempuan itu sedang dilanda emosi yang amat besar, bagaimana bisa kekasih yang selama 5 tahun belakangan ini dia sayang dan dia cintai mengkhianati nya? Catlyn pergi ke arah dapur, mencari gelas, menuangkan air dingin dan meminum nya. Setidaknya bisa mengurangi emosi nya saat ini.

Arvin terpatung di ruang tamu apartemen, menyadari bahwa kekasih nya itu kecewa, kekasih nya itu marah, dan kekasih nya itu bisa saja memutuskan dia saat itu juga. Ia menghampiri Catlyn, “Sayang, maaf. Maaf karena buat kamu kecewa, maaf karena buat kamu ngerasa dikhinati, maaf buat segala nya. Aku ngga mau kita pisah, aku sayang banget sama kamu.”

“Hahaha, kamu bilang apa? Ngga mau kita pisah? Kamu gila Vin?” Catlyn ingin segera pergi dari sini, kepala akan meledak sekarang juga.

Arvin tertawa lepas, “Lagian kalau kamu pisah dari aku kamu bisa dapetin cowo yang bisa nerima semua kekurangan sama kelakuan kamu yang manja itu? Cuman aku yang bisa, kamu jangan gila.”

Arvin semakin maju, memblock pergerakan Catlyn. Arvin semakin menjelek-jelekkan kelakuan Catlyn, Catlyn terpojok dan tidak bisa apa-apa terlebih lagi Arvin yang semakkin membuat diri nya seperti perempuan rendahan.

“Lo itu manja,”

“Lo itu childish,”

“Lo itu banyak kurang ajar nya selama ini,”

“Lo bahkan banyak kekurangan nya dibanding cewek yang gue hamilin,”

“Lo bahkan ngga secantik itu, Catlyn.”

Catlyn kesal, wajah nya merah, dada nya naik turun, mata nya siap mengeluarkan cairan bening, Catlyn sampai di tepi dapur, tak sengaja mengambil pisau dan menancapkan nya ke perut Arvin.

Arvin memegang perut nyayang sudah penuh dengan darah, “L-lyn, k-kamu ngap-pain, akh.” Arvin terjatuh, mulut nya mulai mengeluarkan darah.

Catlyn yang melihat itu shock, ia berlari ke arah ruang tamu, mencari handphone nya untuk menelfon ambulan. Namun kegiatan nya terhenti, dia kembali ke arah dapur melihat Arvin yang semakin kehilangan banyak darah, Entah kenapa Catlyn senang akan hal itu. Menurut nya itu pantas di dapatkan oleh Arvin.

Catlyn mengambil tas nya dan pergi dari apartemen tersebut meniggalkan Arvin dengan kesakitan nya, ia berjanji akan mengganti semua yang berkaitan dengan Arvin.

Isi voice note nya :

Ini dua percakapan, suara perempuan sama suara Neisya.

“Pacar baru Garen ya?”

“Iya, kenalin Neisya.”

“Udah berapa lama?”

“Baru beberapa hari sih.”

“Oh, keluarga sehat? Mereka masih di Sydney?”

“Iya sehat kok, iya mereka masih disana. Kalo boleh tau dapet darimana info nya?”

“Garen.”

Terdengar suara perempuan itu tertawa,

“Udah lama ngga ketemu ya, Catlyn?”

Kini Elora sudah sampai di lab, seperti yang di ketahui bahwa lab adalah tempat Elora akan memulai perlombaan men-design. Kini Neisya juga sudah terlihat di depan pintu, anak itu sangat ceria seperti nya dia sangat percaya diri akan kemenangan nya hari ini.

Panitia lomba dan kak Keina memasuki ruangan perlombaan, para panitia terlebih dahulu menyapa para peserta, dan segera membacakan peraturan perlombaan.

“Baiklah akan saya bacakan peraturan perlombaan design pada pagi hari ini. Yang pertama, tidak boleh melihat refrensi dari sumber manapun, harus murni dari ide sendiri. Yang kedua, harus menggunakan ipad sendiri dan tidak meminjam minjam pada peserta lain, jika meminjam atau menggangu peserta lain maka akan di diskualifikasi. Yang keti—” belum selesai dibacakan Elora mengangkat tangan nya dan memanggil Bu Fera selaku panitia lomba.

“Ya silahkan Elora ada apa.”

“Ipad saya mati, tapi peraturan nya harus pake ipad sendiri, gimana bu?” tanya Elora.

Bu Fera dan panitia lainnya tampak berdiskusi, namun bukan Neisya namanya kalau ia tidak ikut andil dalam masalah yang ada.

“Diskualifikasi aja bu, peraturan nya begitu kan? Kita harus taat peraturan dong bu.” teriak Neisya penuh semangat

Panitia tampak menimang perkataan Neisya yang memang benar adanya, mereka tidak mau ada kecurangan dalam lomba ini terlebih lomba ini adalah lomba design pertama yang diadakan pada sekolah ini.

“Pake ipad gue,” Hayden datang dengan sebuah ipad yang entah darimana ia dapatkan

“Loh bu, kan harus pake ipad sendiri gimana nih bu? nggak adil banget kalo gini.”

“Iya bu, gimana sih, katanya mau memberikan first impression yang baik di sekolah ini.”

Peserta lainnya semakkin menyalah kan panitia yang hanya diam saat Elora di beri ipad oleh Hayden.

“Elora, silahkan meninggalkan tempat.” ucap seorang panitia

“Biarin dia ikut lomba, kalau ada yang bermasalah atau apapun kabarin ke saya.” ucap Hayden meyakinkan panitia

Akhirnya Elora melanjutkan perlombaan dengan memakai ipad Hayden.

Dan Neisya mengeratkan tangan nya pada stylus pen, muka nya memerah akibat marah yang tertahan.

Kini Elora sudah sampai di lab, seperti yang di ketahui bahwa lab adalah tempat Elora akan memulai perlombaan men-design. Kini Neisya juga sudah terlihat di depan pintu, anak itu sangat ceria seperti nya dia sangat percaya diri akan kemenangan nya hari ini.

Panitia lomba dan kak Keina memasuki ruangan perlombaan, para panitia terlebih dahulu menyapa para peserta, dan segera membacakan peraturan perlombaan.

“Baiklah akan saya bacakan peraturan perlombaan design pada pagi hari ini. Yang pertama, tidak boleh melihat refrensi dari sumber manapun, harus murni dari ide sendiri. Yang kedua, harus menggunakan ipad sendiri dan tidak meminjam minjam pada peserta lain, jika meminjam atau menggangu peserta lain maka akan di diskualifikasi. Yang keti—” belum selesai dibacakan Elora mengangkat tangan nya dan memanggil Bu Fera selaku panitia lomba.

“Ya silahkan Elora ada apa.”

“Ipad saya mati, tapi peraturan nya harus pake ipad sendiri, gimana bu?” tanya Elora.

Bu Fera dan panitia lainnya tampak berdiskusi, namun bukan Neisya namanya kalau ia tidak ikut andil dalam masalah yang ada.

“Diskualifikasi aja bu, peraturan nya begitu kan? Kita harus taat peraturan dong bu.” teriak Neisya penuh semangat

Panitia tampak menimang perkataan Neisya yang memang benar adanya, mereka tidak mau ada kecurangan dalam lomba ini terlebih lomba ini adalah lomba design pertama yang diadakan pada sekolah ini.

“Pake ipad gue,” Hayden datang dengan sebuah ipad yang entah darimana ia dapatkan

“Loh bu, kan harus pake ipad sendiri gimana nih bu? nggak adil banget kalo gini.”

“Iya bu, gimana sih, katanya mau memberikan first impression yang baik di sekolah ini.”

Peserta lainnya semakkin menyalah kan panitia yang hanya diam saat Elora di beri ipad oleh Hayden.

“Elora, silahkan meninggalkan tempat.” ucap seorang panitia

“Biarin dia ikut lomba, kalau ada yang bermasalah atau apapun kabarin ke saya.” ucap Hayden meyakinkan panitia

Akhirnya Elora melanjutkan perlombaan dengan memakai ipad Hayden.

Dan Neisya mengeratkan tangan nya pada stylus pen, muka nya memerah akibat marah yang tertahan.

Setelah chat Garen yang mengatakan bahwa ia berada di depan rumah Elora, sekarang mereka telah sampai di pantai terdekat di sekitar rumah mereka. Pantai Srikala ini memang di kunjungi banyak orang, tetapi tidak terlihat penuh karena pantai ini sangat luas.

Elora merasakan air pantai mulai mengenai kaki nya, rasanya dingin, ingin sekali Elora segera menceburkan dirinya ke dalam alira air pantai. “Kalau mau nyebur, nyebur aja El.” ucap Garen

Elora melirik Garen di samping nya, bagaimana bisa ia mengetahui isi kepala Elora secepat itu? Ah, Garen dukun?

“Lo aja kalo mau, gue liat liat lo yang mau nyeburin diri ke pantai.” balas Elora tak mau kalah.

Garen melirik Elora, anak ini memang gengsi tinggi. Tak lama dari itu ia menarik Elora masuk kedalam air yang lumayan dingin di sore itu.

“GAREN GUE NANTI KEPELESET SETAN”

“Hahaha, ayo Elora, jangan takut kepeleset ada gue.”

Mereka masuk ke dalam air, menikati sore mereka di pantai itu bersama sama, menghilangkan semua masalah nya di sore itu, terlebih Elora yang sebentar lagi mengikuti lomba design. Sebenarnya dia panik ketahuan papa nya kalau di ikut lomba, tapi dirinya malah asik di pantai sekarang.

Asik dengan dunia nya, tanpa sadar ponsel Elora berbunyi, menampilkan nama Bu Ratih yang sedang menelfon, sudah 3 missed call dari Bu Ratih untuk Elora.

Setelah chat Garen yang mengatakan bahwa ia berada di depan rumah Elora, sekarang mereka telah sampai di pantai terdekat di sekitar rumah mereka. Pantai Srikala ini memang di kunjungi banyak orang, tetapi tidak terlihat penuh karena pantai ini sangat luas.

Elora merasakan air pantai mulai mengenai kaki nya, rasanya dingin, ingin sekali Elora segera menceburkan dirinya ke dalam alira air pantai. “Kalau mau nyebur, nyebur aja El.” ucap Garen

Elora melirik Garen di samping nya, bagaimana bisa ia mengetahui isi kepala Elora secepat itu? Ah, Garen dukun?

“Lo aja kalo mau, gue liat liat lo yang mau nyeburin diri ke pantai.” balas Elora tak mau kalah.

Garen melirik Elora, anak ini memang gengsi tinggi. Tak lama dari itu ia menarik Elora masuk kedalam air yang lumayan dingin di sore itu.

“GAREN GUE NANTI KEPELESET SETAN”

“Hahaha, ayo Elora, jangan takut kepeleset ada gue.”

Mereka masuk ke dalam air, menikati sore mereka di pantai itu bersama sama, menghilangkan semua masalah nya di sore itu, terlebih Elora yang sebentar lagi mengikuti lomba design. Sebenarnya dia panik ketahuan papa nya kalau di ikut lomba, tapi dirinya malah asik di pantai sekarang.

Asik dengan dunia nya, tanpa sadar ponsel Elora berbunyi, menampilkan nama Bu Ratih yang sedang menelfon, sudah 3 missed call dari Bu Ratih untuk Elora.

Setelah mendapat ipad yang dikirim Gea dari rumah, kini Elora sudah sampai di Lara Cafe, terlihat neisya yang melambaikan tangan nya agar Elora mengetahui keberadaan nya.

“Halo, nunggu lama ya? Sorry ya macet tadi.” ucap Elora khawatir

“Oh enggak kok, ini aja makanan nya baru sampe.” balas Neisya tersenyum

Setelah itu hening, tidak ada yang berbicara. Neisya mulai mengeluarkan ipad kesayangan nya, membuka aplikasi gambar yang sering ia pakai.

Elora memperhatikan gerak gerik Neisya, tampak nya Neisya sangat senang dengan kehadiran Elora beserta ipad nya.

“Mau jadi designer ya?” tanya Elora tiba-tiba

“Iya, mami sama papi gue pengen banget gue jadi designer terkenal nanti nya. Makanya mereka dukung banget, sampe di beliin ipad dan segala keperluan nya.” jelas Neisya

Elora tampak ber-oh ria, Neisya mulai menjalankan aksinya menujukkan skill mengambar, ia mulai mendesain dress yang bagus di ipad nya. Dari mulai outline sampai mendapatkan warna yang pas, semua Elora perhatikan. Anak ini cukup hebat pikiran nya.

Tak mau kalah, Elora pun mulai melanjutkan desain dress yang sempat terjeda kemarin. Lara Cafe memang tempat yang tepat. Mereka berdua akhirnya larut dalam kegiatan masing masing.

“Nei, gue ke toilet dulu ya, titip ipad gue.” belum sempat dibalas, Elora langsung lari menuju toilet.

Neisya sekilas melihat desain dress yang berada di ipad Elora, begitu cantik dan elegan, tidak seperti punya nya yang sangat sederhana dan biasa saja.

Kesal karena dress nya sangat jauh berbeda dengan punya Elora, Neisya pun menghapus beberapa layer desain dress di ipad Elora. Sangat di sayangkan, aplikasi itu tidak bisa mengembalikkan apa yang sudah di hapus seperti pada umumnya.

Rehan masih terdiam di dalam mobil nya, sudah 10 menit setelah pesawat Clatra terbang meninggalkan ibukota.

Kertas yang dititipkan nya pun masih di tangan nya, karena penasaran ia membuka nya tak lupa dia berbiacara seakan izin kepada Clatra untuk membuka nya, semoga tidak marah.


Untuk, Alea.

Adik manis, ini pertama kali nya gue nulis panjang kayak gini buat lo, only for you. Setelah kejadian lo bunuh adek gue yang terakhir gue bener bener trauma, ngga tau harus mikir gimana sekarang akhirnya gue begini, jadi kayak gini. Mau nyalahin lo pun gue gabisa kan?

Asal lo tau, yang sakit bukan cuman dia, gue juga. Sakit gue lebih dari 10 tahun ini membunuh gue dari segi mental. Gue berusaha semaksimal mungkin jadi yang terbaik buat lo saat itu, tapi ternyata usaha gue kerasa banget dikhianatiin ya, Al?

Al, bertahan selama 10 tahun menurut gue bukan apa apa, biasanya kanker tuh bertahan 5 tahun setelah diagnosis kan? hebat nggak gue bisa bertahan 10 tahun?

Maaf ya Al gue gabisa dateng ke persidangan lo, tapi semoga penjara bisa buat lo sadar kalo ternyata dunia ga selalu berpihak ke lo.

Kita ketemu di cerita selanjutnya ya?


Rehan selesai membaca surat itu, surat yang seharusnya tidak ia baca sedari awal. Akankah dia bisa bertemu Clatra juga di cerita selanjutnya?

Akhir cerita ini, siapa yang bahagia? bahkan pemeran pembantu pun tidak bahagia dengan cerita nya sendiri.

Kehendak Tuhan baik ya, Clatra, Rehan, Brian, Jilan, Nayla?

Rehan masih terdiam di dalam mobil nya, sudah 10 menit setelah pesawat Clatra terbang meninggalkan ibukota.

Kertas yang dititipkan nya pun masih di tangan nya, karena penasaran ia membuka nya tak lupa dia berbiacara seakan izin kepada Clatra untuk membuka nya, semoga tidak marah.


Untuk, Alea.

Adik manis, ini pertama kali nya gue nulis panjang kayak gini buat lo, only for you. Setelah kejadian lo bunuh adek gue yang terakhir gue bener bener trauma, ngga tau harus mikir gimana sekarang akhirnya gue begini, jadi kayak gini. Mau nyalahin lo pun gue gabisa kan?

Asal lo tau, yang sakit bukan cuman dia, gue juga. Sakit gue lebih dari 10 tahun ini membunuh gue dari segi mental. Gue berusaha semaksimal mungkin jadi yang terbaik buat lo saat itu, tapi ternyata usaha gue kerasa banget dikhianatiin ya, Al?

Al, bertahan selama 10 tahun menurut gue bukan apa apa, biasanya kanker tuh bertahan 5 tahun setelah diagnosis kan? hebat nggak gue bisa bertahan 10 tahun?

Maaf ya Al gue gabisa dateng ke persidangan lo, tapi semoga penjara bisa buat lo sadar kalo ternyata dunia ga selalu berpihak ke lo.

Kita ketemu di cerita selanjutnya ya?


Rehan selesai membaca surat itu, surat yang seharusnya tidak ia baca sedari awal. Akankah dia bisa bertemu Clatra juga di cerita selanjutnya?

Akhir cerita ini, siapa yang bahagia? bahkan pemeran pembantu pun tidak bahagia dengan cerita nya sendiri.

Kehendak Tuhan baik ya, Clatra, Rehan, Brian, Jilan, Nayla?